- 18.22.00
- 0 Comments
- 17.49.00
- 0 Comments
bukan aku tak ingin. sungguh!
aku sangat ingin berada di panggung itu.
mengakhiri segala pertempuran birokrasi yang sangat menyebalkan.
jangan bilang aku tak pernah berusaha.
sungguh, usahaku mungkin tak terlihat olehmu
karena seingatku kau pun tak pernah melirikku lagi.
sudahkkah habis masaku kau butuhkan!
kemarin kau eluhkan aku,
kau rangkul selalu tanganku
seakan tak ingin kau lepaskan
takut aku akan berlari ke sarang lain..
hah, dan butanya aku..kufikir karena kau benar-benar ingin di sampingku
ingin berbagi cerita denganku
sehingga ketika kita telah berumur nanti
masih akan ada cerita yang akan kita ingat
yang bila kita bertemu di suatu tempat karena jarak,
maka waktu seerasa berjalan cepat saat cerita kita masih belum akan habis terucapkan.
hah,,sialnya baru sekarang aku mengerti.
memang tak ada yang sejati.
yang sesungguhnya memurnikan niat untuk bersampingan denganku.
tapi, kuterima sajalah..
"terima kasih telah mengajariku."
seharusnya aku mengatakan itu, kan?
bagaimanapun, dirimulah yang mengajariku tentang hidup..
maka, terima kasih...
aku sangat ingin berada di panggung itu.
mengakhiri segala pertempuran birokrasi yang sangat menyebalkan.
jangan bilang aku tak pernah berusaha.
sungguh, usahaku mungkin tak terlihat olehmu
karena seingatku kau pun tak pernah melirikku lagi.
sudahkkah habis masaku kau butuhkan!
kemarin kau eluhkan aku,
kau rangkul selalu tanganku
seakan tak ingin kau lepaskan
takut aku akan berlari ke sarang lain..
hah, dan butanya aku..kufikir karena kau benar-benar ingin di sampingku
ingin berbagi cerita denganku
sehingga ketika kita telah berumur nanti
masih akan ada cerita yang akan kita ingat
yang bila kita bertemu di suatu tempat karena jarak,
maka waktu seerasa berjalan cepat saat cerita kita masih belum akan habis terucapkan.
hah,,sialnya baru sekarang aku mengerti.
memang tak ada yang sejati.
yang sesungguhnya memurnikan niat untuk bersampingan denganku.
tapi, kuterima sajalah..
"terima kasih telah mengajariku."
seharusnya aku mengatakan itu, kan?
bagaimanapun, dirimulah yang mengajariku tentang hidup..
maka, terima kasih...
- 23.47.00
- 1 Comments
well, kanapa baru nongol? kenapa baru menyalin tinta lagi?
entahlah...!
pertanyaan-pertanyaan itu mungkin tak membutuhkan alasan terkadang. hanya untuk membutuhkan sedikit bumbu penanya untuk memotivasi. betulkah? lagi-lagi tak tahu...
sepertinya memang inilah duniaku. aku rindu menulis, bahkan disaat mata mulai awas pada kantuk, tetap saja ingin kuceritakan tentang hariku. namun, keesokan harinya tangn ini tak meraih pupen,. sekadar memegang keyboard pun enggan..
baru setelah kulihat teman seperjuangan telah membumbuhi rumah mayanya (blog) sehingga telah tampak sedap dipandang membuatku mulai mencoba mengetik lagi. mudah-mudahan bukan untuk bersaing (tapi, kalo bersaingnya dalam hal positif, boleh juga tuh :))
*****
mengapa setelah sekian lama hidup bersama, tak jua pesan cinta itu tersampaikan. ataukah mata dan telinga telah tertutupi dengan makna lain sehingga kata cinta atau rasanyta tak lagi terasa? tidakkah perlu ia meluapkan cinta pada kekasihnya yang rela hidup menua demi dirinya? sadarkah dia akan kekasih yang hatinya kini telah remuk, bukan karena menuanya usia namun karena cinta tak jua tersampaikan?
apa pula makna hidup bersama bila cinta tak ia rasa? ataukah hanya aku, sang kekasih yang terlalui gila dengan cinta ini sehingga mutiara-mutiara indah terlahirkan.? begitu syahdunya bila mutiara-mutiara itu memanggilku
"papa.." sambil tersenyum, membentangkan tangan aku meraih pelukan mutiara kecilku ini. namun apa yang ia lakukan dengan mutiaraku? tak cukupka ia mengacuhkan cintaku?
mutiara-mutiaraku kini rusak, karena berpuluh tahun hidup, meski disemai tapi tak jua ada rasa cinta darinya? haruskah aku marah? ya, itu hakku? tapi bagaimana bila ia acuh? lalu meniunggalkanku yang artainya akan berpisah jua dengan mutiara-mutiaraku? lalu, mutiara-mutiaraku akan hancur bila melihatku hancur?
"Papa, mohon bersabarlah! aku pun akan bersabar" begitu kata mutiara pertamaku di dalam mimpiku semalam. ya, kini ia mulai ranum. ia pasti telah mengerti bagaimana rasa cinta itu.
aku sering bertanya, apakah mutiara-mutiaraku baik-baik saja? namun, keengganan menghalangiku. bgaimana aku harus memulai agar mutiara-mutiaraku tak terluka?
sungguh melelahkan, namun demi melihat mutiara-mutiaraku bersinar indah, aku mampu bersabar :)
*****
<sampai di sini, penulis ingin bernostalgia lagi dengan cinta agar mampu lanjut berkisah..mungkin saja ada cinta yang terlewatkan, jadi bioarlah penulis menenangkan hati dulu biar ia bisa mencari-carti cinta yang mungkin terselip>
terima kasih
entahlah...!
pertanyaan-pertanyaan itu mungkin tak membutuhkan alasan terkadang. hanya untuk membutuhkan sedikit bumbu penanya untuk memotivasi. betulkah? lagi-lagi tak tahu...
sepertinya memang inilah duniaku. aku rindu menulis, bahkan disaat mata mulai awas pada kantuk, tetap saja ingin kuceritakan tentang hariku. namun, keesokan harinya tangn ini tak meraih pupen,. sekadar memegang keyboard pun enggan..
baru setelah kulihat teman seperjuangan telah membumbuhi rumah mayanya (blog) sehingga telah tampak sedap dipandang membuatku mulai mencoba mengetik lagi. mudah-mudahan bukan untuk bersaing (tapi, kalo bersaingnya dalam hal positif, boleh juga tuh :))
*****
kasihku tak sampai?
mengapa setelah sekian lama hidup bersama, tak jua pesan cinta itu tersampaikan. ataukah mata dan telinga telah tertutupi dengan makna lain sehingga kata cinta atau rasanyta tak lagi terasa? tidakkah perlu ia meluapkan cinta pada kekasihnya yang rela hidup menua demi dirinya? sadarkah dia akan kekasih yang hatinya kini telah remuk, bukan karena menuanya usia namun karena cinta tak jua tersampaikan?
apa pula makna hidup bersama bila cinta tak ia rasa? ataukah hanya aku, sang kekasih yang terlalui gila dengan cinta ini sehingga mutiara-mutiara indah terlahirkan.? begitu syahdunya bila mutiara-mutiara itu memanggilku
"papa.." sambil tersenyum, membentangkan tangan aku meraih pelukan mutiara kecilku ini. namun apa yang ia lakukan dengan mutiaraku? tak cukupka ia mengacuhkan cintaku?
mutiara-mutiaraku kini rusak, karena berpuluh tahun hidup, meski disemai tapi tak jua ada rasa cinta darinya? haruskah aku marah? ya, itu hakku? tapi bagaimana bila ia acuh? lalu meniunggalkanku yang artainya akan berpisah jua dengan mutiara-mutiaraku? lalu, mutiara-mutiaraku akan hancur bila melihatku hancur?
"Papa, mohon bersabarlah! aku pun akan bersabar" begitu kata mutiara pertamaku di dalam mimpiku semalam. ya, kini ia mulai ranum. ia pasti telah mengerti bagaimana rasa cinta itu.
aku sering bertanya, apakah mutiara-mutiaraku baik-baik saja? namun, keengganan menghalangiku. bgaimana aku harus memulai agar mutiara-mutiaraku tak terluka?
sungguh melelahkan, namun demi melihat mutiara-mutiaraku bersinar indah, aku mampu bersabar :)
*****
<sampai di sini, penulis ingin bernostalgia lagi dengan cinta agar mampu lanjut berkisah..mungkin saja ada cinta yang terlewatkan, jadi bioarlah penulis menenangkan hati dulu biar ia bisa mencari-carti cinta yang mungkin terselip>
terima kasih
- 23.36.00
- 0 Comments