kenaikan Gaji! masih perlukah?

16.33.00


KENAIKAN GAJI! MASIH PERLUKAH?

Belum lagi selesai masalah korupsi yang memeras tenaga rakyat demi pengusutannya. Lagi-lagi rakyat harus mengeluarkan tenaga ekstra demi menanggapi issue kenaikan gaji bagi para pejabat-pejabat elit pemerintahan.
Belum lama ini tersiar kabar bahwa gaji 8000 pejabat penguasa pemerintahan akan dinaikkan, di samping tunjangan-tunjangan lainnya.  Wacana ini mengusul setelah pidato Presiden Susilo Bambang Yudoyono beberapa waktu lalu yang mengeluhkan gajinya yang tidak pernah mengalami kenaikan. Padahal gaji sebesar gaji seorang presiden itu sangatlah tinggi. Apalgi bagi negara kita yang tingkat perekonomiannya masih teramat rendah untuk penyuplai gaji yang besar seperti gaji seorang presiden.
Wacana ini pastilah meresahkan masyarakat  dipandang dari sisi keuntungan-keuntungan yang telah diraih oleh para instansi-instansi pemerintah sebelumnya. Mereka bukan hanya telah mendapatkan berbagai macam fasilitas-fasilitas-yang katanya demi penunjang kemudahan pekerjaan mereka-namun mereka juga disuapi dengan tunjangan hidup yang semuanya dibiayai oleh Negara sampai pada kebutuhan hidup keluarga mereka.
Dengan berbagai fasilitas dan tunjangan yang telah mereka dapatkan secara gratis dari Ibu Pertiwi ini, mereka semestinya sudah tidak mengeluhkan lagi tentang salary karena semua biaya hidup mereka telah dipenuhi oleh Negara secara cuma-cuma. Coba, bayangkan! Masing-masing pejabat telah diberikan mobil, laptop, sampai uang saku per bulan. Jika kebutuhan primer dan sekundernya saja sudah dipenuhi, lalu  masih patutkah mereka menuntut kenaikan gaji? Kalau demikian, mau mereka apakan gaji-gaji yang selama ini mereka raup?
          Sementara itu, di samping issue penaikan gaji para pejabat tinggi Negara, banyak rakyat kita yang dikabarkan mati akibat kelaparan di tiap harinya. Rakyat yang hanya untuk makan sesup nasi saja mereka harus mengeluarkan banyak keringat. Berbeda dengan para pejabat kita yang duduk dalam gedung megah dengan AC (Air Conditioner) agar mereka tak perlu kuatir untuk meneteska keringat mereka. Padahal semua fasilitas-fasilitas itu bersumber dari rakyat yang mereka acuhkan. Tapi kenapa para penduduk kursi bergengsi itu seolah tak pernah peduli akan nasib para rakyat mereka yang menanti uluran tangan mereka demi terbentuknya masyarakat yang sejahtera.
  Hal ini seharusya menjadi tolak ukur bagi pemerintah untuk tidak buru-buru mengambil tindakan penaikan gaji untuk melirik sedikit saja ke arah golongan bawah (rakyat biasa) yang pasrah dan harus siap mati kapan saja akibat tidak adanya perhatian dari petinggi-petinggi Negara.
          Hal ini juga menjadi salah satu perhatian rakyat saat pemerintah hendak menaikkan gaji para pejabat tersebut  bahwa, mereka (para pejabat) hanya peduli masalah perut mereka sendiri. Sedangkan tugas pokok, mereka abaikan. Jadi mereka yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin berlarut dalam kemiskinan mereka.
          Tengok saja kasus-kasus yang kini melanda Tanah Air kita. Korupsi yang merajalela belum juga menemui ttitik akhir, kemiskinan yang makin mencekik rakyat, warga Siduarjo yang tak henti-hentinya meneriakkan hak-hak mereka yang belum dipenuhi sampai sekarang, dan masih banyak lagi kasus yang mendera Ibu Pertiwi kita saat ini.
          Benarlah apa yang dikatakan oleh saudara Haris seorang mahasiswa Psikologi UII Yogyakarta ini bahwa pemerintah baik itu Presiden maupun pejabat lainnya, termasuk Menteri Keuangan dan para anggota DPR tidak seharusnya merespon dan berencana menaikkan gaji presiden serta para pejabat negara lainnya. Janganlah berbicara GAJI (melulu). Berbicara gaji ini sangat sensitif!. Coba urus dulu itu kasus-kasus yang belum selesai-meresahkan rakyat!. Tunjukkan prestasi, baru berbicara terkait gaji.
Alangkah akan terlihat pantas jika gaji mereka diimbangi dengan kinerja-kinerja mereka. Tidak ada yang akan menolak kenaikan gaji mereka jika seandainya rakyat telah dijauhkan dari kemiskinan, pengangguran ditiadakan, subsidi pendidikan ditingkatkan. Namun sayangnya, semua itu berputar terbalik dengan keadaan kita. Gaji makin naik, kemelaratan juga berangsur meningkat. Singkatnya, yng kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
Oleh karena itu, dana yang dikabarkan akan dberikan kepada para pejabat itu sebaiknya dialokasikan ke pendidikan yang kian hari kian carut-marut akibat seringnya terjadi berbagai bencana yang mengakibatkan para siswa kesulitan untuk mencari tempat untuk sekolah. Dana ini akan sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan dibanding hanya sekedar diberikan kepada para pejabat yang kesemua kebutuhannya telah dipenuhi oleh Negara. 

You Might Also Like

2 comments

Blogger news