belajar mensyukuri nikmat

22.46.00


14 september 2011
(21.33 WITA)

Di bawah naungan rembulan. Diselimuti angin malam.  Dengan kecepatan yang tak terlalu tinggi, aku mengendarai motor biru, pinjaman dari temanku. Meskipun dingin, juga segelumit rasa takut karena aku seorang perempuan, aku tetap berkendara di malam hari,  tepatnya tiap tiga malam seminggu.
Mencari nafkah, itulah kata-kata yang bisa kuberikan sebagai alasan. Bahwa aku pun
butuh kerja sampingan untuk menambah uang saku. Dan yang utama membantu orangtuaku membiayai sebagian biaya hidupku selama aku tinggal di tanah asing ini.
Meskipun “capek” dan rasa kantuk yang kadang menggoda, namun aku selalu berusaha menjalaninya. Aku tak ingin terus berdiam diri menyaksikan pengorbanan kedua orangtuaku yang tak pernah berhenti mengais rezeki demi aku, juga ke-6 adikku yang lain.
Seperti malam ini…
Hahh…jalan di malam hari mungkin seperti dunianya orang-orang yang bermata mines tanpa kacamata, samar. Meski demikian, jalan ini tak pernah sunyi. Malah semakin “menggila”. Banyak teman-teman seumuran yang ugal-ugalan, membuat tangan gatal untuk memencet “klakson”. Jadinya, ya,,,telinga ramai oleh “nada dering” berbagai kendaraan di sekeliling. Membuat gendang telinga makin rapuh. Aku yang capek, ngantuk, tambah stress dibuat ulah mereka. Konsentrasi mengendarai pun terganggu. Jadi tergoda untuk mengeluh!
Astagfirullah…itulah salah satu ujian hidup yang masih sebatas kuku, namun terkadang masih saya keluhkan. Padahal di luar sana, masih banyak yang lebih menderita daripada saya.
Ya Allah…ajari aku mensyukuri nikmatMu yang terbentang luas di bumiMu ini, ya Allah.

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(Q.S. Ar-Rahman:13)
                           

You Might Also Like

0 comments

Blogger news