Aku Jatuh Cinta???

22.32.00




Masya Allah…Apakah ini rasa cinta yang dikaruniakan Allah padaku?
Saat  aku telah terbangun oleh hidayah Sang khaliq, tiap gerak ini selalu kujaga. Aku tak mau lagi terjatuh dalam tempat dan kesalahan yang sama. Cukuplah dulu aku menjadi orang yang amat jauh dariNya. Kehidupan bebas ala remaja kulalui tanpa tahu Dia akan marah.
Tapi, itu dulu. Ya…masa jahiliah, kata mereka.
“Bertaubatlah ukhti. Bertaubat dari masa jahilliah anti. Sekarang belum terlambat. Yang penting anti telah mennyesali semua perbuatan anti yang dahulu dan tidak akan mengulangi hal yang sama lagi”
Ada deraian air mata saat itu.
Saat wejangan-wejangan itu datang dari mereka yang mengaku sebagai saudara-saudaraku. Walau tak terlahirkan dari rahim yang sama, namun kami dipersatukan oleh Islam. Agama yang kuanut sejak lahir.
Mereka, dengan sabar menuntunku. Memegang tanganku jika aku salah arah. Menopang diriku jika aku mulai terpuruk. Mereka seolah malaikat yang dikirimNya untuk menjagaku.
Alhamdulillah, dengan kesabaran mereka dan juga niat yang memang kutanamkan dalam hati, akhirnya aku bisa melepas “jubah” kejahiliahanku. Dulunya, aku yang tak tahan menutupi sebagian aurat ini, kini berusaha untuk selalu menutupinya. Dulunya, aku yang terkadang urak-urakan dalam bergaul, kesana-kemari dengan lawan jenis, berdua-duaan dengan yang bukan mahrom, kini berusaha untuk melepaskannya. Walau kadang aku masih tetaplah bergaul dengan yang buka mahrom, tapi aku tetap menjaga jarak. Tak lagi berduaan.
Aku mungkin bukanlah orang yang sempurna. Tak bisa menjauhi segala yang berlabel “dosa”. Aku masih sering berada di sekitar lawan jenis. Kegiatanku menuntutku untuk itu. Tapi, yakinlah bahwa niat itu tetap ada. Selalu tertanam dalam hati. Masih terus terngiang di telingaku.
Aku telah menjaga hati sebaik mungkin, menurutku. Sampai suatu hari, “kecelakaan” itu terjadi.
“Aku jatuh cinta?” Tanya itu selalu mengusikku. Dan sialnya, aku memang mengaguminya. Sosoknya yang lemah lembut dan sikapnya yang tenang membuatku meleleh. Tak mampu menghindari makna debaran jantung ini.
“Aku hanya mengaguminya. Ini bukan cinta!”elakku suatu hari
“Lalu, kenapa kau terus menemuinya?”
“Bukan menemui! Aku sedang ada tugas, makanya aku ke tempat itu”
“Kau mulai bersiasat!”
“Apa maksudmu?”
“Banyak tempat lain yang bisa kau gunakan untuk mencari referensi tugasmu. Bukan hanya di tempatnya!”
“Itu yang termurah”
“Sambil kau mendapatkan keuntungan lain, kan!”
“Cukup! Cukup, kataku” Aku memberontak pada diriku sendiri. Dialog itu selalu muncul di relung jiwaku. Dan tiap kali itu terjadi, aku memang tidak bisa mengelak bahwa aku…memang menyukainya.
*****

Tahun 2009

Aku baru pulang dari aktivitas kuliah bersama tema-temanku. Di kepala kami masing-masing menumpik berbagai dtugas pemberian dosen. Maklum, kami baru semester 3. Kata senior, saat-sat itulah kami akan kelimpungan karena tugas yang bejibun. Bayangkan saja, sehari kami bisa mendapatkan tugas membuat makalah sebanyak 3 buah. Masya Allah.
Tanpa menunda waktu, kami segera menyelesaikannya satu per satu. Dan untuk membuat makalah sebanyak tiga buah dalam waktu yang singkat, kami butuh referensi yang cepat, dan tentu saja dapat dipercaya. Saat itulah aku bertemu dengannya untuk yang pertama kalinya. Di dalam sebuah warnet.
Kulihat sosoknya yang sopan-santun. Ia ramah dan sangat menghormati kami, para wanita. Hanya sesekali kulihat ia memandangi kami. Caranya yang begitu tegas menjaga jarak antara kami membuatku kagum akan kepribadiannya.


 Astaghfirullah…Aku takut bermaksiat pada diriku sendiri. Tapi, diri ini tak bisa sekali pun menolak bahwa hati ini memiliki segumpal perasaan yang tak bisa dilukiskan untuknya. Rasa rindu bila tak bertemu. Takut bila tak mendengar kabarnya walau sehari.
Ya Allah, ampuni aku atas dosa ini. Jangan biarkan aku terlalu jauh mencintainya. Tuntun aku agar tak menzhalimi diriku dan orang lain karena perasaan ini. 


(mengagumi karya Allah SWT )

You Might Also Like

0 comments

Blogger news