Jangan tanya saat mentari menyinari wajahku

Jangan heran saat bulan menenggelamkan wajahku

Jangan risau saat bumi membangunkanku…

Aku bukan tak punya jawabannnya

Aku bukan ingin melarikan diri

Aku hanya ingin sendiri

Tanpa ratusan bahkan ribuan mata memandangku heran

Jangan peduli padaku saat aku terjatuh

Kau pun kan merasa juga

Tidak peduli aku seperti apa

Jangan pernah berharap menatapku lagi

Karena aku bukan untukmu

Apa kau tahu? Aku masih selalu menunggumu. Masih di tempat, dimana dulu kau sering berbagi kisah denganku. Kisah tentang si kecil kancil yang pandai, sampai kisah spiderman  kau ceritakan berulang-ulang padaku. Sampai-sampai aku mengingat setiap kata yang akan kau ucapkan, jika kau akan memulai ceritamu. Tempat inilah saksinya. Juga saksi saat kau berjanji padaku. Janji yang selalu kunanti.

Tiap detik, hatiku tak pernah tenang. Aku takut kalau aku ketinggalan saat-saat itu. Saat dimana kau akan datang kembali menjemputku. Kembali menggandeng tanganku. Saat bulan yang tergantug dia atas sana berubah merah.

Akh…

Ramadhan tiba…Ramadhan tiba…Marhaban yaa Ramadhan…Marhaban yaa Ramadhan….

Alhamdulillah bisa nyampe di bulan Mubarak 1437 lagi. Tak terasa…. Seakan baru kemarin rasanya saya dan keseluruh teman-taman masih bercengkerama dengan warga di daerah 3T. Daerah penempatan semasa bertugas sebagai guru SM3T.

Waktu telah menunjukkan powernya. Ia bisa meninggalkan jejak kaki menjadi sebuah kenangan masa lalu. As time goes by…Kini, saya bersama dua ratus lebih teman sejawat melewati Ramadhan di tanah kota. Kembali dari masa pengabdian di daerah yang benar-benar di luar gambaran. Meski telah kembali, keadaan yang kami rasakan tetap sama. Jauh dari belaian orang tua dan keluarga mungil kami.

Yaa, di asrama FIP UNM ini,

                

Alhamdulillah, tinggal menunggu detik-detik berlalu, kita akan menghampiri Ramadhan. Bulan yang di dalamnya, segala amal ibadah akn dilipatgandakan pahalanya. Bulan yang di dalamnya jin, iblis, syetan dan segala macam jenisnya diikat di dasar neraka. Bulan yang di dalamnya insya Allah tak ada lagi gambaran kemaksiatan yang sengaja atau tidak sengaja dilukis.

*****

Dua kali telah kulewati Ramadhan tanpa kedua orangtua di sisiku. Tak ada gurauan adik-adik dan senyum manis dari wajah menua dua malaikat hidupku. Rindu hanya bisa tercurah dalam do’a. semoga sang Khaliq menyampaikan betapa diriku tak akan pernah melupakan suara mereka meski tak ada di sampingku. Rasa sayang yang tak kan pernah pupus dari seorang anak meski mereka tak dapat kudekap. Dan betapa pun kurindu, kutahu mereka punya kerinduan dan kasih sayang yang lebih dari sebatas rindu dan sayang seorang anak.  Kuingin Ia menyelipkan kedamaian dan ketenangan ked alma hati mereka bahwa anaknya insya Allah baik-baik saja. Tak kekurangan apapun seperti saat mereka masih meminangku di pangkuannya.

Aku Merindu…….

****